Halaman

Kamis, 21 Januari 2010

Adrenalin oh adrenalin




Rpm menunjukan angka 10 diperslening ke 6. Pandangan mulai terbias dan mengurangi fokus mata. Getaran mulai terasa ditubuh bersamaan dengan getaran deru mesin yang mulai kencang terdengar. Dan tekanan anginpun seolah memberikan perlawanan membuat tubuh seperti melayang. Saat-saat inilah yang membuatku merasa senang. Saat-saat ketika adrenalin bersinergi dengan kecepatan. Saat-saat ketika detak jantung berdetak dengan cepat bersamaan dengan laju piston yang memanas menghasilkan pembakaran sempurna. Saat-saat dimana aku merasakan perpindahan dengan cepat. 

Mengapa perasaan senang ini timbul ketika kecepatan berusaha menantang maut? Apakah benar kata orang, kalau pria menyukai sebuah permainan yang memacu adrenalin. Apakah benar kata orang, kalau pria menyukai sesuatu yang ekstrim yang berbeda dari biasanya. Entahlah tapi aku merasakan sesuatu yang berbeda sekarang. Sesuatu yang membuat jantung memompa darah dengan sangat cepat.
Tetapi tak beberapa lama aku teringat akan nasihat orang tua yang selalu ia katakan sebelum ku berangkat, aku teringat ketika melihat kecelakaan yang berujung pada darah segar yang menghiasi wajahnya. Teringat ketika ku melihat secara langsung sebuah kecelakaan yang membuat sepasang kakinya terselip disela-sela roda dan mesin, dan cuma jeritan yang bisa ia katakan. Memori dalam otakku membuka semua hal itu. Mencoba membayangkan kondisi serupa menimpa diriku, merenggut nyawaku, dan memejamkan mataku untuk selamanya. Sedangkan apa yang sudah bisa ku bawa untuk menghadap-Nya. Amal perbuatanku masih seadanya. Dosaku? Tak mampu kubayangkan berapa banyak dosa yang sudah ku lakukan. Dan kembali teringat lirik sebuah lagu “Pantaskah aku ini jadi penghuni surga sedangkan ku banyak dosa”
Hmm, perlahan ku hentikan laju kecepatan, ku berhenti dan menyadari aku hanya hamba yang lemah yang hanya bisa mengharapkan kasih dan sayangnya kelak diakhirat. Takkan pernah mampu aku mempertanggung jawabkan segala dosa-dosaku yang telah kulakukan. Semoga Engkau mengabulkan doa ku yang kuucapkan ditengah sepinya perjalanan ini.
Dan sekarang aku menyadari, aku bukan seorang pembalap.
(Sebuah tulisan yang tak perlu untuk dibaca)
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar