Halaman

Kamis, 24 September 2009

masa indah


Seharian kada membuka FB sekalinya banyak note-note sahabat yang menurut ku bermutu bermunculan. Kenapa coba nggak dari dulu note-note kaya gini bermunculan. Bukan cuma sekedar puisi ato sumpah serapah yang kada nyaman lalu dilihat, dulak ku membacanya. Beberapa sahabat ada yang nulis doa yang masih belum diijabah, lagu simple plan yang memotivasi hidup, ada juga menulis tentang potret kemiskinan negeri ini, referensi buku, bahkan pengalaman membeli sepatu baru (keren lalu jar ai).

Sebenarnya nggak ada mood menulis lagi. Tapi melihat hal ini, panas kawan nah. Maka dari itu untuk memeriahkan dunia note perfesbukan, aku kada mau kalah nah…. Walaupun tulisan sampah ku ini tidak bermutu bagi kalian. Tapi setidaknya dengan hal kecil inilah, aku bisa ikut andil memberikan hal positif bagi dunia… kada usah banyak basa-basi lagi gen.. baca sampai habis lah, jangan di’back sayang pulsa sudah membuka note ini… mun ada kritik bari komen lah, mun ketuju di’like, mun kada ketuju di’like jua gen. Apa salahnya mehimungi urang lo???





DUNIA YANG PERNAH KITA LALUI

Siapa yang dengan semangatnya menceritakan kembali film ksatria baja hitam yang telah ia tonton. Padahal teman yang dicerikannya juga menonton film itu.

Siapa yang menghibur temannya ketika menangis, dengan kata “ci luk ba” kemudian dengan ajaibnya yang tadinya ia menangis langsung tertawa.

Siapa yang berlari-lari dengan riangnya serasa sudah bisa terbang karena memakai baju “panji manusia millennium”

Siapa yang dengan semangat mengkuritis aspal jalanan untuk merekatkan tempurung untuk dijadikan logo.

Siapa yang dengan bebasnya manjat pohon jambu siang-siang tanpa rasa bersalah mengambil buahnya, padahal itu bukan pohon miliknya.

Siapa yang baru juara makan kerupuk aja sudah merasa sombong, dengan membawa hadiah 2 buah buku + penggaris n’ pensil.

Siapa yang terkagum-kagum mendengar kisah-kisah mukjizat nabi dan rasul, dengan mata berbinar dan senyum yang lebar.

Siapa yang dengan gugupnya menyusuri jalan belakang rumah yang bersemak semak, merasa ia telah berpetualang menyusuri hutan rimba yang luas.

Siapa yang ketika sakit tingkahnya bak seorang raja, minta ini minta itu pasti tersedia.

Siapa yang berdecak kagum ketika diceritakan keadaan surga dan langsung mengerenyitkan dahi ketika diceritakan keadaan neraka.

Siapa yang tertawa lepas bermain bola ketika hujan, dan setelah pulang menangis jingkar dimamai kuwitan

Siapa yang bila ditanyaai tentang cita-cita selalu berganti-ganti jawabannya, tapi tidak pernah berbeda dari 4 pilihan ini: presiden, dokter, polisi, pilot.

Siapa yang merasa sayang membelanjakan uang yang baru keluar dari bank, merasa uang itu telah sangat langka.

Siapa yang dengan mudahnya mendapatkan uang pada waktu lebaran, mengumpulkan amplop demi amplop. (hal inilah yang paling kurindukan sekarang)

Siapa yang dengan semangatnya mencabut rumput, daun, n’ bunga lalu dicampur-campur hingga ia merasa menjadi koki yang handal.

Siapa yang tangguh merantau jauh kekampung orang untuk bermain kelereng ditengah hari yang panas.

Siapa yang tertawa riang gembira mandi disungai yang jernih sambil mencari kepiting dengan teman-teman yang gila.

Siapa yang gila mengambil ranting kayu besar untuk membuat kemah diatas pohon yang tinggi.

Siapa yang dengan beraninya bermain petasan didekat mesjid, ketika banyak orang sedang melakukan tarawih.

Siapa yang menghabiskan hari minggunya dari jam 7-12 untuk melihat film kartun kesukaannya.

Semua hal diatas adalah secuil memori kenangan indah penulis, dan aku yakin kenangan indah masa kecil pembaca juga. Kita yang masih anak-anak beberapa tahun yang lalu merasa senangnya menjalani hidup tanpa memperdulikan makan apa hari ini?, kewajiban apa yang belum ku laksanakan?, masalah apa yang sedang aku hadapi?. Hidup rasanya pada waktu itu bagaikan seorang burung yang terbang bebas tanpa memperdulikan daratan untuk hinggap. Ingin rasanya aku kembali dimasa kecil, ketika kenakalan yang ku lakukan hanya dianggap sikap jahil yang wajar dilakukan seorang anak. Ketika sikap manja menjadi pelengkap menemani hari. Ketika tangis air mata menjadi senjata ampuh penakluk hati orangtua.

Nostalgia memang asyik, anak-anak dengan segala keliaran fantasinya, kebebasan imajinasinya. Anak-anak dengan semua hal yang baru ditemuinya. Mendengar hal berbeda tanpa prasangka, melihat dunia dengan kejujuran yang nyata. Berbicara dengan kepolosan yang sempurna. Anak-anak dengan semua ketidak-terikatannya dengan waktu yang terjadwal, kewajiban yang harus dilakukan, amanah yang harus diemban, dosa yang menghantui, masalah hidup yang mulai kompleks. Begitu indahnya dunia anak-anak, tapi sayangnya kita telah meninggalkan dunia itu.

Kini saatnya kita merenung kita bukan anak kecil lagi yang menghabiskan hari untuk hal-hal yang kita senangi saja. Kita mempunyai satu impian besar untuk menggapai impian dan cita yang tidak semudah seperti menaikan layang-layang. Kita mengemban amanah besar dari sang pencipta dan orangtua. Kita sedang berada pada fase kedewasaan berfikir, dewasa bukan soal umur yang makin menua. Dewasa yang jelas bukan kembali menjadi anak kecil lagi. Dewasa menjadikan kita berfikir jauh kedepan. Karena kita sudah jauh meninggalkan fase anak-anak.

Waktu terus berputar kawan, tanpa memperdulikan kita sudah siap atau belum berjalan. Kini saatnya kita menginstropeksi diri, sifat anak-anak apakah yang masih melekat dalam diri kita? ego apakah yang sekarang menjerumuskan kita? Apakah kita sudah pantas mengemban predikat agent of change. Karena kitalah calon-calon pemimpin masa depan. Dengan atau tanpa kita dunia akan berubah, dan yang sekarang menjadi tanda tanya. Kearah manakah perubahan itu???

Pilihan hidup ada ditangan kita masing-masing. Karena kitalah yang menjalani hidup ini, mau mundur kebelakang, berhenti, atau terus melangkah kedepan.

Semoga kita bisa berubah menjadi lebih baik, menjadi lebih dewasa dalam menghadapi hari, membuang sifat kekanakan yang menghambat diri. (salah satu harapan yang sekarang sulit kuwujudkan, tapi pasti akan terwujud. Cepat atau lambat)

(24/09/09_01.45_dikala insomnia makin menggila)
Referensi: badaiotak yang dibari ridwan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar