|
http://img.antaranews.com/stockphotos/ilustrasi/palestina-200809.jpg |
“Untuk
saudaraku di Indonesia, mengapa saya harus memilih dan mengirim surat ini untuk
kalian di Indonesia. Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin
satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negri kalian berpenduduk
muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?
Di
saat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari
melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah
dari jama’ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim
haji ada sekitar 205 ribu jama’ah haji berasal dari Indonesia datang ke
Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya
berdecak kagum.
Lalu
saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama’ah haji asal Gaza sejak
tahun 1987 sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama’ah
haji dari negara kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami
ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian. Wah pasti uang kalian sangat banyak,
apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang memnunaikan
ibadah haji yang kedua kalinya, Subhanallah.
Wahai
saudaraku di Indonesia,
Pernah
saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di Gaza ini, tidak
dilahirkan di negri kalian saja. Pasti sangat indah dan mengagumkan. Negri
kalian aman, kaya, dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negri
kalian.
Pasti
ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan
mudah kalian dapoatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan
mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.
Ini
yang membuatku iri kepadamu saudaraku, tidak seperti di negri kami ini. Tidak
jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami
melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah. Sehingga
istri kami terpaksa melahirkan di atas mobil, ya di atas mobil saudaraku.!
Susu
formula bayi adalah barang langka di Gaza sejak kami diblokade 2 tahun yang lalu,
namun istri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga 2 tahun
lamanya, walau terkadang untuk memperlancar Asi mereka, istri kami rela minum
air rendaman gandum.
Namun,
mengapa di negri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak
jelas siapa ayah dan ibunya. Terkadang ditemukan mati di parit-parit, selokan,
dan tempat sampah. Itu yang kami dapat dai informasi di televisi.
Dan
yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negri kalian adalah negri
yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah Asia. Astaghfirullah. Ada apa
dengan kalian? Apakah karena di negri kalian tidak ada konflik bersenjata
seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina seperti itu?
Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami disini.
Memang
hampir setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi
kami mati. Namun, bukanlah di selokan-selokan atau got-got apalagi di tempat
sampah. Mereka mati syahid saudaraku! Mati syahid karena serangan roket tentara
Israel!
Kami
temukan mereka tak bernyawa lagi di pangkuan ibunya, di bawah puing-puing
bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan Zionis Israel. Saudaraku, bagi
kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka
adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negri ini.
Perlu
kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009 kemarin,
saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 di antaranya adalah
anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami
menyambut lahirnya 3000 bayi baru di jalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan
mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!
Wahai
saudaraku di Indonesia,
Negeri
kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan
berbuah, namun kenapa di negri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi,
menderita busung lapar. Apa karena sulit mencari rizki disana? Apa negri kalian
diblokade juga?
Perlu
kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita
kekurangan gizi, apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami
diblokade. Sungguh kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai tata usaha di
kantor pemerintahan HAMAS sudah 7 bulan ini belum menerima gaji bulanan saya.
Tetapi Allah SWT yang akan mencukupkan rizki untuk kami.
Perlu
kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja
melangsungkan pernikahan. Ya, mereka menikah di sela-sela serangan agresi
Israel. Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru,
saudaraku.Dan Perdana Menteri kami, Ust Isma’il Haniya memberikan santunan awal
pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.
Wahai
saudaraku di Indonesia,
Terkadang
saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqah pembinaan
di negri antum (anda). Seperti yang diceritakan teman saya, program pengajian
kalian pasti bagus, banyak kitab mungkin yang kalian yang telah baca. Dan
banyak buku-buku pasti sudah kalian baca. Kalian pun bersemangat kan? Itu
karena kalian punya waktu.
Kami
tidak memiliki waktu yang banyak disini. Satu jam, ya satu jam itu adalah waktu
yang dipatok untuk kami disini untuk halaqah. Setelah itu kami harus terjun ke
lapangan jihad, sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami.
Kami
disini sangan menanti-nantikan saat halaqah tersebut walau hanya satu jam.
Tentu kalian lebih bersyukur. Kalian punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun
halaqah, seperti ta’aruf, tafahum, dan takaful disana.
Halafalan
antum pasti lebih banyak daripada kami. Semua pegawai dan pejuang HAMAS disini
wajib menghapal Surah Al-Anfal sebagai nyanyian perang kami, saya menghafal di
sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana dengan kalian?
Akhir
Desember kemarin, saya menghadiri acar wisuda penamatan hafalan 30 Juz anakku
yang pertama. Ia merupakan diantara 1000 anak yang tahun ini menghafal
Al-Qur’an dan umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih
cepat menghapal Al-Qur’an ketimbang anak-anak kimi disini.
Di
Gaza tidak ada SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) seperti di tempat kalian yang
menyebar seperti jamur di musim hujan. Disini anak-anak belajar diantara
puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya
diberi beberapa helai daun kurma. Ya, di tempat itu mereka belajar, saudaraku.
Bunyi suara setoran hafalan Al-Qur’an mereka bergemuruh dianatara bunyi-bunyi
senapan tentara Israel. Ayat-ayat jihad paling cepat mereka hafal, karena
memang didepan mereka tafsirnya. Langsung mereka rasakan.
Oh
iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat solidaritas yang
kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia. Kami menyaksikan aksi demo-demo
kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur.
Karena
kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.Memang banyak masyarakat
dunia yang menangisi kami disini, termasuk kalian yang di Indonesia. Namun,
bukan tangisan kalian yang kami butuhkan , saudaraku. Biarlah butiran air
matamu adalah catatan bukti akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhwah
kalian kepada kami. Doa-doa dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.
Oh
iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya menjaga kantor,
tugasku untuk menunggu jika ada telpon dan fax yang masuk. Insya Allah, nanti
saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi. Salam untuk semua
pejuang-pejuang Islam dan ulama-ulama kalian.
Abdullah
Al Ghaza
Sumber
: http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=92822